PEMBELAJARAN LUAR KELAS
Oleh : Yongki Fajar
Mustofa, S.Pd
Sekolah
merupakah salah satu tempat dimana pendidikan bisa diperoleh dengan baik
meskipun pada kenyataannya seringkali kita tidak melihat fakta- fakta yang
bertolak belakang. Banyaknya siswa terlambat,, fenomena tidur dikelas,
senangnya terhadap hari libur sekolah merupakan hal –hal atau indicator bahwa
sekolah bukan merupakan tempat memperoleh pendidikan yang menyengkan. Ruang
kelas sering kali hanya berisi tentang materi – materi pelajaran yang seakan
dipaksa untuk bisa dikuasai semua. Adakalanya pula mereka merasa sangat lelah
ketika pelajaran datang pada jam – jam siang. Kelelahan secara fisik dan psikis
juga mempengaruhi tingkat kefokusan mereka. Hal ini berulang setiap hari yang
mengakibatkan kebosanan yang besar bagi para siswa. Perasaan yang sudah tidak
senang ditambah rasa lelah yang hadir membuat materi pelajaran pun tidak mampu
mereka kuasai dengan baik. Kita pun seringkali melihat ketika mereka telah
dinyatakan lulus, ekspresi kegembiraan terpancar begitu cerah karena mereka
telah lepas dari jeruji sekolah.
Siswa
yang merupakan objek utama dalam pendidikan seringkali dipaksa untuk bisa
menguasai semua mata pelajaran. Padahal kita tahu bahwa sebuah hal yang kita
fokuskan akan berbanding terbalik dengan hal lain yang tidak kita fokuskan.
Seorang anak yang focus pada sepakbola akan memiliki kecenderungan lemah dalam
bidang akademik. Siswa bukanlah robot yang bisa menguasai segala bidang, tetap
akan ada limitasi pengetahuan yang mereka miliki. Seperti kata Albert Einstein “
bahwa setiap manusia adalah cerdas namun jika kita melihatv seekor ikan dari
cara dia memanjat pohon maka selamanya kita akan meliihat ikan itu nampak bodoh”.
Sejatinya tidak ada manusia yang bodoh tentunya karena meraka memiliki bakatnya
masing-masing, setiap orang memiliki kelemahan, setiap orang memiliki
kecenderungannya sendiri-sendiri, dan setiap manusia memiliki keindahannya
masing-masing.
Adakalanya
seorang anak sangat menguasai bidang Akademik namun lemah dalam bidang olahraga,
ataupun sebaliknya. Kita seringkali disuguhkan dengan fenomena seorang anak
yang sewaktu sekolah memiliki nilai akademik yang kurang baik namun kemudian ia
mampu melihat peluang yang ada di sekitarnya dan tumbuh menjadi seorang
pebisnis heba di desanya,. Tentunya perlu ada evaluasi dalam pembelajaran untuk
mengasah bakat mereka. Melihat apa yang ada disekitar lingkungan menjadi
peluang yang bisa dimanfaatkan. Itulah hakikatnya pendidikan yang dirumuskan oleh
Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan harus disesuaikan dengan “Kodrat Alam”.
Bagaimana ia mampu kembali dan menjadi bagian dari alamnya, mengolah potensi
yang ada disekitarnya untuk bisa dijadikan sesuatu yang bernilai.
Pembelajaran – pembelajaran di luar kelas perlu sering dilakukan selain juga untuk membuat susasana belajar yang baru agar tidak monoton.
siswa akan meresa senang karena melakukan suasana belajar yang baru, mereka
akan senang karena pandangan matanya tidak serta merta hanya pada papan tulis. Mata
mereka akan terbuka untuk melihat panorama alam, telinga-telinga mereka akan
mendengar harmoni alam, desir angina dan gemericik sungai. Mereka akan tahu
bahwa keberadaan pohon membatu mereka berlindung dari sengatan matahari. Hidung
mereka akan merasakan segarnya udara dibawah pohon. Kelakm kesadaran akan
pentingnya alam perlahan akan terbentuk dengan upaya – upaya kecil semacam ini.
Pada akhirnya sekolah seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan bagi mereka.
Tempat yang tidak membosankan. Tempat mengajar secara langsung pada
permasalahan yang ada.
Kita perlu memberikan banyak pengalaman belajar terhadap siswa. Ajak mereka untuk mengambil banyak alat yang bisa mereka masukan kedalam tas –tas mereka. Mengajari cara penggunaan alatnya sehingga kelak dalam fase kehidupan tertentu mereka mampu mengambil alat yang cocok untuk digunakan. Meminjam istilah Pierre Bourdieu tentang modal dan arena, tentunya setiap siswa memiliki modal dan arena yang berbeda-beda. Kita tidak tahu pengalaman mana yang akan mereka ambil, alat mana yang akan mereka sesuaikan dengan modal dan arena yang mereka miliki untuk kemudian digunakan sebagai upaya untuk mengarungi kehidupan.