SELAMAT DATANG DI AFIF BLOG

Subscribe:

Kamis, 08 Juni 2023

 

PEMBELAJARAN LUAR KELAS

Oleh : Yongki Fajar Mustofa, S.Pd

 

Sekolah merupakah salah satu tempat dimana pendidikan bisa diperoleh dengan baik meskipun pada kenyataannya seringkali kita tidak melihat fakta- fakta yang bertolak belakang. Banyaknya siswa terlambat,, fenomena tidur dikelas, senangnya terhadap hari libur sekolah merupakan hal –hal atau indicator bahwa sekolah bukan merupakan tempat memperoleh pendidikan yang menyengkan. Ruang kelas sering kali hanya berisi tentang materi – materi pelajaran yang seakan dipaksa untuk bisa dikuasai semua. Adakalanya pula mereka merasa sangat lelah ketika pelajaran datang pada jam – jam siang. Kelelahan secara fisik dan psikis juga mempengaruhi tingkat kefokusan mereka. Hal ini berulang setiap hari yang mengakibatkan kebosanan yang besar bagi para siswa. Perasaan yang sudah tidak senang ditambah rasa lelah yang hadir membuat materi pelajaran pun tidak mampu mereka kuasai dengan baik. Kita pun seringkali melihat ketika mereka telah dinyatakan lulus, ekspresi kegembiraan terpancar begitu cerah karena mereka telah lepas dari jeruji sekolah.



Ruang kelas seringkali ditafsirkan sebagai ruang di dalam kelas yang bersekat tembok-tembok dimana aturan-aturan harus diterapkan. Suasana monoton dari pagi hingga sore hari tentunya membuat mereka suntuk apalagi ditambah sarana dan prasarana yang kurang memadai. Seperti kipas angin yang hanya ada satu buah untuk kelas yang berisi tiga puluh enam siswa agaknya membuat sirkulasi udara kurang nyaman. Hal-hal seperti ini jarang sekali dibicarakan pada forum – forum atau seminar –seminar pendidikan. Seringkali pembahasan lebih focus terhadap bagaimana mengembangkan kurikulum yang menyesuaikan zaman, bagaiman membuat sekolah memiliki akreditasi yang baik, membuat perangkat pembelajaran, bagaimana mempertahankan citra sekolah, adalah hal-hal yang sering kita dengar sebagai tema.

Siswa yang merupakan objek utama dalam pendidikan seringkali dipaksa untuk bisa menguasai semua mata pelajaran. Padahal kita tahu bahwa sebuah hal yang kita fokuskan akan berbanding terbalik dengan hal lain yang tidak kita fokuskan. Seorang anak yang focus pada sepakbola akan memiliki kecenderungan lemah dalam bidang akademik. Siswa bukanlah robot yang bisa menguasai segala bidang, tetap akan ada limitasi pengetahuan yang mereka miliki. Seperti kata Albert Einstein “ bahwa setiap manusia adalah cerdas namun jika kita melihatv seekor ikan dari cara dia memanjat pohon maka selamanya kita akan meliihat ikan itu nampak bodoh”. Sejatinya tidak ada manusia yang bodoh tentunya karena meraka memiliki bakatnya masing-masing, setiap orang memiliki kelemahan, setiap orang memiliki kecenderungannya sendiri-sendiri, dan setiap manusia memiliki keindahannya masing-masing.

Adakalanya seorang anak sangat menguasai bidang Akademik namun lemah dalam bidang olahraga, ataupun sebaliknya. Kita seringkali disuguhkan dengan fenomena seorang anak yang sewaktu sekolah memiliki nilai akademik yang kurang baik namun kemudian ia mampu melihat peluang yang ada di sekitarnya dan tumbuh menjadi seorang pebisnis heba di desanya,. Tentunya perlu ada evaluasi dalam pembelajaran untuk mengasah bakat mereka. Melihat apa yang ada disekitar lingkungan menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan. Itulah hakikatnya pendidikan yang dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan harus disesuaikan dengan “Kodrat Alam”. Bagaimana ia mampu kembali dan menjadi bagian dari alamnya, mengolah potensi yang ada disekitarnya untuk bisa dijadikan sesuatu yang bernilai.

 Kita telah dianugerahi alam yang sangat subur, banyak potensi alam kita yang terabaikan. Siwa lebih senang bekerja di kota – kota besar dengan baiaya hidup yang besar, banyak dari pada lulusan SMA yang memilih bekerja sebagai seorang karyawan pada sebuah perusahaan meskipun sebenarnya banyak potensi atau sumber daya alam yang ada di desanya yang bisa dimanfaatkan. Kesadaran tentang melihat sumber daya dan potensi tersebut agaknya perlu dihidupkan di sekolah yang menjadi pintu gerbang pendidikan. Pembelajaran di dalam tembok-tembok kelas perlu dikurangi. Siswa perlu diajak melihat suasana di sekitar lingkungannya, dilatih untuk peka terhadap potensi alam yang ada dan bisa dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan, dan disadarkan untuk mampu membangun desanya sendiri.



Pembelajaran – pembelajaran di luar kelas perlu sering dilakukan selain juga untuk membuat susasana belajar yang baru agar tidak monoton.

siswa akan meresa senang karena melakukan suasana belajar yang baru, mereka akan senang karena pandangan matanya tidak serta merta hanya pada papan tulis. Mata mereka akan terbuka untuk melihat panorama alam, telinga-telinga mereka akan mendengar harmoni alam, desir angina dan gemericik sungai. Mereka akan tahu bahwa keberadaan pohon membatu mereka berlindung dari sengatan matahari. Hidung mereka akan merasakan segarnya udara dibawah pohon. Kelakm kesadaran akan pentingnya alam perlahan akan terbentuk dengan upaya – upaya kecil semacam ini. Pada akhirnya sekolah seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan bagi mereka. Tempat yang tidak membosankan. Tempat mengajar secara langsung pada permasalahan yang ada.

Kita perlu memberikan banyak pengalaman belajar terhadap siswa. Ajak mereka untuk mengambil banyak alat yang bisa mereka masukan kedalam tas –tas mereka. Mengajari cara penggunaan alatnya sehingga kelak dalam fase kehidupan tertentu mereka mampu mengambil alat yang cocok untuk digunakan. Meminjam istilah Pierre Bourdieu tentang modal dan arena, tentunya setiap siswa memiliki modal dan arena yang berbeda-beda. Kita tidak tahu pengalaman mana yang akan mereka ambil, alat mana yang akan mereka sesuaikan dengan modal dan arena yang mereka miliki untuk kemudian digunakan sebagai upaya untuk mengarungi kehidupan.





0 komentar:

Posting Komentar

SEMUA WAKTU ADALAH WAKTU YANG BAIK UNTUK MELAKUKAN HAL YANG BAIK

follow me